Uang tanda jadi tersebut merupakan antisipasi kepengurusan Indra Sakti agar tidak kecolongan pemain lagi. Kepergian Saktiawan, Jecky Pasarela dan Irwanto berpotensi berimbas pada pemain lainnya. Kekecewaan karena tak kunjung disodori uang muka sesuai harapan. Namun, hal itu tak lantas meredam bunyi alarm berbahaya. Pasalnya, PSMS versi Benny memberi tawaran menggiurkan yakni prakontrak minimal 10 persen.
Sekretaris Tim, Heru Prawono mengatakan jumlah uang bervariasi sesuai dengan tingkat pengalaman bertanding pemain. Ia mengklaim uang itu sudah diserahkan pada Rabu (31/10) malam lalu. "Sesuai dengan janji kita, uang panjar itu diberikan hari Rabu malam. Kecuali Saktiawan Sinaga dan Markus. Mereka berdua, urusannya langsung sama ketua umum. Usai latihan kemarin, kami langsung memberikan uang itu kepada sebelas pemain," katanya kepada Tribun.
Heru menyebutkan pihaknya tetap menunggu duo pemain kawakan itu. "Kita menunggu mereka. Kami tunggu sampai hari sabtu atau minggu mendatang untuk menerima uang tanda jadi ini. Tapi kalau mereka tidak mau, tidak masalah. Kan itu hak mereka," jelasnya.
Di tempat terpisah, Saktiawan Sinaga mengaku sudah melakukan negosiasi dengan pengurus PSMS versi Benny Sihotang. "Seharusnya aku sudah bertemu sama pihak pak Benny. Selasa malam mereka minta ketemu, tapi aku minta diundurkan. Makanya hari ini (kemarin, red) rencananya kami bertemu. Sampai saat ini belum ada deal," ujarnya.
Sementara itu, Indra Sakti Harahap menegaskan dana tersebut sebagai tanda jadi bukan prakontrak. Bentuk tanggungjawab dan keseriusan pengurus pada pemain seleksi. "Kami berikan uang tanda jadi, mulai 5 sampai 10 juta, bukan panjar, karena panjar sejatinya diberikan setelah pemain menandatangani kontrak," tuturnya.
Seperti penjelasan sebelumnya, Indra mengemukakan bahwa kontrak akan disodorkan jika ranah kompetisi sudah jelas. Pihaknya masih menunggu kepastian ikut kompetisi itu dari PT Liga Indonesia (LI).
"Kalau sekiranya kontrak kami berikan tapi PSMS ini tak diizinkan bermain di kompetisi PT LI, maka kami (pengurus) bisa digugat pemain. Apalahi jika mereka tak menyetujui tempat kompetisi yang kami ikuti. Tentunya, kami akan bermasalah secara hukum. Banyak pihak-pihak yang akan menuntut kami. Kami dianggap memanipulasi data kontrak. Kalau sudah begini, bagaimana kami mempertanggungjawabkannya. Kondisi ini jadi sangat serius urusannya," ucapnya. (ibr)
0 komentar: