Identitas Dari Stadion

PFCBILAL-Membandingkan nama besar Manchester United dan Manchester City bagaikan langit dan bumi. Harus diakui, reputasi The Citizens masih berada di bawah Red Devils. Man. City memang tengah menanjak, namun sejarah gemilang yang telah diciptakan membuat Man. United dipandang tetap memiliki kelas tersendiri. Ukuran paling gampang adalah prestasi yang diukir. Soal titel jawara, Red Devils jauh meninggalkan The Citizens. Selain itu, sebelum lima musim terakhir, kekuatan pasukan Man. United juga berada di atas rival sekotanya tersebut. Akan tetapi, anehnya, kesenjangan tersebut kerap tidak berdampak di atas lapangan. Ketika bertarung, The Citizens yang notabene inferior masih sanggup merepotkan Red Devils. Lihat saja catatan hasil Derby Manchester sampai sekarang. Man. United hanya mampu memenangi 42% laga, sementara 30% pertandingan berakhir imbang. Man. City memang baru unggul dalam 28%, tapi tetap saja ini menjadi sebuah pencapaian spesial mengingat ketimpangan kekuatan dibanding Red Devils. Faktor motivasi yang berlipat ganda ketika melakoni pertandingan melawan Red Devils dinilai sebagai sebab utamanya. Spirit tinggi ternyata menjadi modal bertanding yang baik. Inferioritas dalam kualitas pemain bisa diminimalkan berkat semangat berlipat yang diusung. Red Devils sejatinya memandang sama. Pertemuan dengan Man. City dinilai penuh gengsi. Tak heran, hasil buruk sangat disesali. Manajer Alex Ferguson bahkan sempat menyebut kekalahan 1-6 dari The Citizens di Old Trafford pada musim lalu sebagai pencapaian terburuk dalam kariernya. “Itu hari tergelap bagi saya,” katanya. “Itulah hasil terjelek sepanjang masa. Saat menjadi pemain, saya pun tidak pernah kalah 1-6.” Petaka seperti ini masih bisa dialami Man. United selama Derby Manchester masih ada. Pasalnya, ketika laga berlangsung, emosi yang terbakar lebih menguasai. Ini bisa terjadi karena besarnya sentimen sosial antara kedua belah pihak. Selama ini, Man. City mengidentifikasikan diri sebagai tim penduduk asli Kota Manchester. Red Devils dinilai sebagai klub pendatang karena lokasi Old Trafford yang ada di pinggiran kota. Ini menjadi ikatan kuat bagi para pendukung Man. City. Sikap tersebut sangat natural. Setiap orang cenderung membuat ikatan sosial dengan sesamanya. Ada beragam faktor pengikatnya. Namun, area domisili termasuk yang terbesar. Tak aneh, Derby Manchester lebih dari sekadar pertandingan sepak bola. Laga ini dinilai sebagai persaingan antara dua kelompok sosial yang berbeda. Maklum saja, olahraga menjadi sarana termudah untuk memperkuat identitas grup. Dalam bukunya yang berjudul Sport, Identity, and Ethnicity , Jeremy MacClancy memaparkannya dengan gamblang. Dia menyatakan olahraga adalah sarana identitas yang membuat orang merasa berbeda dan membuat jarak antara dirinya dengan pihak lain baik secara vertikal maupun horizontal. Pernyataan ini menandakan selama Kota Manchester masih ada, persaingan Man. United dan Man. City bakal abadi. Laga seru akan terus tercipta karena besar sentimen di antara kedua pendukungnya, (duniasoccer)

0 komentar: