PFCBILAL-Masih ingatkah atmosfer stadion sepanjang Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan? Kala itu, ada satu yang berbeda daripada atmosfer pertandingan bola pada umumnya. Selain riuh suporter, sepanjang pertandingan terdengar bunyi nyaring dari Vuvuzela.
Trompet khas Afrika Selatan itu menambah riuhnya suasana stadion yang dipenuhi para penonton pendukung negara-negara yang bertanding. Sebagian orang menganggapnya mengganggu jalannya pertandingan akibat suaranya yang terlalu berisik, sebagian lain menilai hal tersebut sebagai ciri khas gelaran turnamen dunia yang diadakan di Afrika Selatan tersebut.
Kendati begitu, kini penggunaan Vuvuzela untuk memeriahkan atmosfer stadion bisa jadi akan dihentikan. Wacana untuk "melenyapkan" trompet plastik itu dari seluruh pertandingan Premier Soccer League (PSL) - Liga Afrika Selatan, kini digarap dengan serius.
Wacana ini diangkat setelah dua insiden berbeda yang terjadi di Moses Mabhida Stadium seminggu lalu melibatkan Vuvuzela sebagai alat kekerasan. Akhir pekan lalu, wasit Lwandile Mfiki ditimpuk dengan menggunakan Vuvuzela oleh seorang fans yang geram terkait keputusannya memberikan kartu merah kepada Reneilwe Letsholonyane saat laga antara Golden Arrows versus Kaizer Chiefs.
Pada tempat yang sama beberapa hari sebelumnya, pelatih Orlando Pirates, Roger De Sa, harus dikawal menuju ruang ganti setelah sekelompok suporter yang frustrasi melemparkan sejumlah benda, termasuk Vuvuzela, ke arahnya usai hasil imbang 1-1 dengan AmaZulu.
Manajer umum PSL, Derek Blackensee, mengatakan saat ini pihaknya memang belum melarang penggunaan Vuvuzela di dalam stadion. Namun, hal itu bisa terjadi andai trompet plastik itu dianggap sebagai instrumen yang membahayakan.
"Peraturan kami melarang penggunaan senjata berbahaya dari stadion. Jika Vuvuzela menjadi berbahaya, maka kami akan kembali meninjaunya," ucap Blackensee keapda Reuters .
(duniasoccer)
PFCBILAL-Masih ingatkah atmosfer stadion sepanjang Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan? Kala itu, ada satu yang berbeda daripada atmosfer pertandingan bola pada umumnya. Selain riuh suporter, sepanjang pertandingan terdengar bunyi nyaring dari Vuvuzela.
Trompet khas Afrika Selatan itu menambah riuhnya suasana stadion yang dipenuhi para penonton pendukung negara-negara yang bertanding. Sebagian orang menganggapnya mengganggu jalannya pertandingan akibat suaranya yang terlalu berisik, sebagian lain menilai hal tersebut sebagai ciri khas gelaran turnamen dunia yang diadakan di Afrika Selatan tersebut.
Kendati begitu, kini penggunaan Vuvuzela untuk memeriahkan atmosfer stadion bisa jadi akan dihentikan. Wacana untuk "melenyapkan" trompet plastik itu dari seluruh pertandingan Premier Soccer League (PSL) - Liga Afrika Selatan, kini digarap dengan serius.
Wacana ini diangkat setelah dua insiden berbeda yang terjadi di Moses Mabhida Stadium seminggu lalu melibatkan Vuvuzela sebagai alat kekerasan. Akhir pekan lalu, wasit Lwandile Mfiki ditimpuk dengan menggunakan Vuvuzela oleh seorang fans yang geram terkait keputusannya memberikan kartu merah kepada Reneilwe Letsholonyane saat laga antara Golden Arrows versus Kaizer Chiefs.
Pada tempat yang sama beberapa hari sebelumnya, pelatih Orlando Pirates, Roger De Sa, harus dikawal menuju ruang ganti setelah sekelompok suporter yang frustrasi melemparkan sejumlah benda, termasuk Vuvuzela, ke arahnya usai hasil imbang 1-1 dengan AmaZulu.
Manajer umum PSL, Derek Blackensee, mengatakan saat ini pihaknya memang belum melarang penggunaan Vuvuzela di dalam stadion. Namun, hal itu bisa terjadi andai trompet plastik itu dianggap sebagai instrumen yang membahayakan.
"Peraturan kami melarang penggunaan senjata berbahaya dari stadion. Jika Vuvuzela menjadi berbahaya, maka kami akan kembali meninjaunya," ucap Blackensee keapda Reuters .
(duniasoccer)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: