PSSI Anggap Peringkat FIFA Bukan Ukuran Kualitas Timnas Indonesia


Dalam situs resminya, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) beranggapan bahwa peringkat FIFA bukanlah ukuran kualitas sepakbola suatu negara.

Hal ini berangkat
 dari pandangan PSSI dan beberapa kalangan, yang menilai bahwa peringkat FIFA yang mulai diterapkan sejak 2006 ini lebih berpotensi bisnis dibanding mutu sepakbola itu sendiri.

Keadaan sekarang memang membuktikan jika peringkat FIFA, menjadi bagian utama klausul kontrak dengan sponsor.

Sederhananya semakin tinggi peringkat FIFA, maka semakin besar pula nilai kontrak sponsor yang bisa digapai. Meskipun hal tersebut tidak berjalan linier dengan kualitas sebuah Tim Nasional disebuah negara.

PSSI pun beranggapan jika peringkat Indonesia (168 nilai 111), tidak menjadi ukuran kualitas tim Merah Putih.

PSSI memberikan contoh ketika Indonesia mampu mengalahkan Turkmenistan (4-3) dan imbang (1-1) di pra kualifikasi Piala Dunia tahun lalu. Padahal Turkmenistan berada di peringkat 127 dunia dengan nilai 266.

Lantas Indonesia juga bisa bermain imbang 0-0 dengan Arab Saudi pada partai ujicoba di Kuala Lumpur, Agustus tahun lalu. Jika kualitas tim berbeda jauh, tidak mungkin hasil akhir akan imbang. Arab Saudi kini menempati peringkat 105 dunia dengan nilai 328.

PSSI juga berusaha membandingkan peringkat FIFA Timnas Filipina dengan Indonesia pada September 2012. Menurut PSSI, meski peringkat Filipina lebih baik, namun belum tentu jika dipertemukan dengan Indonesia mereka pasti menang.

Tidak hanya itu, PSSI juga membandingkan dengan negara-negara lain seperti Kep. Solomon.

Kep. Solomon adalah negeri pulau di Pasifik yang belum memiliki stadion standar regional Oceania, namun mereka berada di peringkat 153 FIFA.

PSSI memberikan contoh lain adalah Libya yang bisa berada di posisi 36 dunia (nilai 666). Bahkan posisinya di atas juara Afrika 2012, Zambia (peringkat 42 nilai 624).

Atau Libya jauh lebih baik dari semifinalis Piala Dunia 1994 dan salah-satu tim papan atas Eropa, Rumania (peringkat 57 nilai 542).

Contoh lain menurut PSSI adalah Irlandia Utara (peringkat 129 nilai 257) yang rata-rata pemainnya berkompetisi di Liga Inggris, bisa berada jauh dibawah Bermuda (peringkat 102 nilai 333), Antiqua and Barbuda (peringkat 101 nilai 340) atau St. Kitts and Navis (peringkat 113 nilai 306).

PSSI juga memberikan penjelasan bahwa sesungguhnya kontroversi sistem penentuan peringkat FIFA, pernah mengemuka ketika Brazil (satu-satunya negara juara Piala Dunia lima kali) melorot di urutan 13, Agustus 2012.

Sementara itu Inggris yang prestasi internasionalnya melemah, tiba-tiba bertengger di urutan ke-3 dibawah Spanyol dan Jerman.

Dalam era bisnis global dewasa ini, tidak dipungkiri peringkat FIFA menjadi salah-satu tolok ukur nilai komersial. Kontrak sponsor sudah menjadikan peringkat FIFA sebagai salah-satu klausul nota perjanjian.

Dan jika dikaitkan dengan turnamen Piala AFF yang satu bulan lagi akan berlangsung, lantas apakah PSSI menyakini jika kualitas Timnas Indonesia bisa lebih baik dari peserta yang lain? Patut untuk dinanti.


0 komentar: