TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Duo eks pelatih PSMS Medan (ISL-IPL) merespons dingin hasil rapat Joint Committee (JC) perihal rekonsiliasi PSSI-KPSI di Kuala Lumpur, Kamis (20/9/2012) lalu. Butir keputusan yang paling disoroti adalah pembiaran berjalannya dua liga seperti musim 2011/2012. Suharto dan M Khaidir berpandangan serupa bahwa sepakbola Indonesia bakal mengalami penurunan kualitas.
Secara prinsipil, keduanya mengapungkan asa agar PSMS Medan tidak lagi berpecah dua. Namun, keputusan kepengurusan pusat melalui Komite Bersama dinilai membuka keran legalitas bagi keberadaan PSMS ganda. Begitupun, sisi positif yang teruntai adalah ketersediaan lapangan kerja nan subur bagi pemain dan pelatih.
Suharto AD mengatakan tetap memprioritaskan klub yang membesarkannya sebagai tempat berlabuh. Sejumlah tawaran untuk melatih klub-klub lain belum berhasil membuatnya kepincut. Uniknya, ia menegaskan akan memilih kompetisi besutan Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI) sekiranya dualisme tak bisa dicegah.
"Sebagai mantan pemain sekaligus pelatih, saya merasa sedih melihat dualisme ini. Kalau saya bisa jadi pengambil kebijakan, saya mau PSMS hanya satu. Lihatlah, musim lalu dua-duanya sama-sama jeblok. Belum lagi sponsorhip nggak ada yang mau," katanya kepada www.tribunmedan.com.
Seandainya dualisme terjadi? "Saya pilih berkompetisi di Divisi Utama versi KPSI. Kompetisinya lebih berkualitas dan penjadwalannya rapi. Apalagi, musim lalu saya kan di ISL-KPSI," beber pelatih plontos ini.
Begitupun, ayah dari lima anak ini menampik akan merapat ke kubu PSMS Medan versi Hotel Candi. Selain belum ada perbincangan khusus dan konkret, ia masih berhadap munculnya perkembang positif yakni keinginan pengurus untuk bersatu.
"Satu tim saja, sebenarnya sudah sulit mengurusnya. Apalagi dua kan?! Sebelum menerima tawaran kerja, saya juga akan mempertimbangkan keabsahan kepengurusan dan profesionalismenya. Trauma juga tak bergaji musim lalu," ujarnya terkekeh.
Komposisi pemain juga sudah dirancangnya seandainya harapan itu tergenapi. Bintang Tim Sumut di PON 1989 ini mengaku akan merekrut beberapa pemain Tim Sumut yang meraih medali perak di Riau. Memberi jatah mayoritas untuk putra daerah.
Sementara itu, eks asisten pelatih PSMS Medan IPL M Khaidir mengaku tak memberi patokan akan berlabuh ke kompetisi KPSI atau PSSI. Ia lebih menitikberatkan pemilihan pada unsur kepengurusan yang memang bisa dipercaya. Tidak ingin terjebak ke lubang kegagalan yang sama.
"Saya antusias sekali ingin melatih di PSMS Medan ini. Ya, tapi lihat manajemennya juga. Jangan kayak musim lalu, tersendat-sendat. Mau KPSI atau PSSI bagi saya sama saja, yang penting hak-hak pelatih dan pemain bisa lancar," tuturnya.
Pemanggilan ke Deltras Sidoarjo sedikit terhambat. Pasalnya klub tersebut juga sedang terlibat dualisme atas klaim kepemilikan dua pihak. Ia diminta untuk menunggu hingga situasi klub kondusif.
"Saat ini di Deltras ada dua kubu juga, Mafioron dan Dicky. Selama ini saya berkomunikasi dengan Dicky, tiket penerbangan yang sudah ada terpaksa hangus karena situasi itu. Saya nggak jadi presentasi di sana, menunggu sampai aman," ungkapnya.
Selentingan beredar di Kebun Bunga, PSMS Medan versi pengurus harian hendak menduetkan duo pelatih ini. Konon, kubu PSMS Hotel Candi memasukkan keduanya dalam radar calon pelatih untuk musim berikutnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: