Bepe Pertanyakan Nasionalisme PSSI dan KPSI."

Bambang Pamungkas kecewa dengan kegagalan Joint Committe (JC) mempersatukan dua timnas. Kekecewaan ini dituangkan Bepe, -sapaan akrabnya- melalui tulisan berjudul “Perbedaan Pendapat Itu Bagai Sebuah Cermin” yang diposting melalui situs pribadinya bambangpamungkas20.com.

Pemain yang kini memilih bergabung dengan timnas PSSI itu mengaku heran de
ngan tidak adanya kesepakatan soal timnas antara PSSI Djohar Arifin dan PSSI La Nyalla versi KLB Ancol (KPSI).

“Jika mencari solusi untuk kepentingan bangsa dan negara saja tidak segera sejalan, apakah bapak-bapak berjas dan berbaju batik itu bisa digolongkan sebagai orang-orang yang tidak memiliki rasa nasionalisme? Saya tidak sedang ingin berkata demikian. Akan tetapi jika semangat awalnya saja sudah sama “Demi Harkat Dan Martabat Bangsa”, mengapa membahas masalah tim nasional saja tidak kunjung menemukan kata sepakat. “Selak Udan Ndess..!!” (Keburu hujan saudara-saudara),” terang Bepe.

Bepe dalam tulisannya tidak men-judge petinggi sepakbola di PSSI dan KPSI sebagai orang yang tidak nasionalis. Namun fakta bahwa kedua kubu sepakat untuk tidak sepakat soal timnas, jelas membuat harkat dan martabat bangsa dipertaruhkan.

“Sekali lagi saya tidak sedang mengatakan bahwa bapak-bapak tersebut tidak memiliki rasa nasionalisme. Akan tetapi setidaknya, fakta yang terjadi adalah, dikarenakan kegagalan mereka dalam mencapai kata sepakat mengenai tim nasional, maka hal tersebut membuat “Harkat Dan Martabat Bangsa” dipertaruhkan di AFF Cup 2012 nanti,” ungkap Bepe.

Atas nama rekonsiliasi, harusnya pengurus PSSI dan KPSI saling memaafkan, saling memberi kesempatan kepada setiap kubu untuk memberi masukan dan mengoreksi diri dalam konteks untuk kemajuan serta kebaikan bersama.

“Bukan saling memaksakan kehendak dan berusaha untuk menjadi pemenang. Ada hal yang harus kita ingat, perbedaan pendapat tidak serta-merta menjadikan kita harus saling memusuhi,” tegasnya.

Ia menambahkan, perbedaan pendapat adalah hal yang wajar di bangsa yang besar ini. Sebab, tidak selamanya pendapat seseorang selalu benar dan belum tentu juga pihak yang lain selalu salah.

“Perbedaan pendapat itu bagai sebuah cermin. Kita membutuhkan orang-orang yang tidak sependapat dengan kita, agar dapat mengoreksi diri. Karena kita tidak akan pernah mampu melihat diri sendiri seutuhnya, lagipula tidak selamanya diri kita benar”.

0 komentar: