Jauh dari profesional atau tepatnya amatir. Inilah gambaran seutuhnya dari PSMS Medan versi PT Liga Indonesia (LI). Satu dari sekian banyak permasalahan yang berkutat adalah selisih paham dan pandangan perihal gaji. Pertengahan pekan lalu, tepatnya sehari sebelum duel kontra PS Bangka, debat alot terjadi antara tim pelatih dan ketua umum dalam rapat internal di Aula PSMS Medan lantai 2, Jalan Candi Borobudur, Medan.
Pernyataan Ketua Umum Indra Sakti Harahap di ruang publik lewat media yang menyebutkan gaji tim pelatih sudah diberikan mendapat penentangan keras. Tak tanggung-tanggung Suimin Diharja, Suharto AD, Colly Misrun dan Mardianto membantah statemen tersebut. Terkhusus Suimin dan Suharto, keduanya mengakui sudah menerima pinjaman tapi bukan gaji.
Suimin diberi pinjaman sebesar Rp 20 juta dan Suharto senilai Rp 10 juta. Colly Misrun dan Mardianto justru sudah merogoh kantong pribadi, masing-masing sebesar Rp 4,7 juta untuk mengakomodir biaya harian tim semisal makanan dan minuman. Tak ayal, tim pelatih menyebutkan pernyataan Indra sebagai pembohongan publik.
Namun, Indra Sakti menuturkan terdapat perbedaan pandangan perihal gaji tersebut. Ia mengaku tak menyalahkan siapapun dalam konteks tersebut. Begitupun, ia menampik keras telah melakukan pembohongan publik.
"Saat itu uang yang dipinjamkan kepada Pak Suimin dan Pak Suharto melalui Alexander Gho yang masih menjabat CEO klub. Duit sebesar itu keluar setelah melalui persetujuan atau tanda tangan saya. Apakah salah kalau saya menyebutkan pada prinsipnya mereka sudah diberi gaji. Ini hanya soal perbedaan persepsi," kata Indra saat berbincang dengan Tribun di pelataran Mes Kebun Bunga.
"Pada dasarnya, dari awal terbentuk hingga saat ini, PSMS Medan memang belum sehat, belum profesional. Tidak semuanya bisa dilakukan melalui prosedur baku. Harusnya, situasi seperti ini bisa dimaklumi dulu. Kan ini poin yang secara bersama disepakati dan mau dilakukan penuh komitmen," bebernya.
"Kalau memang sudah profesional, klub ini harus punya nilai jual di mata sponsor. Ini kan belum sampai ke arah sana. Kenapa persoalan gaji saja sampai sebegini rumitnya. Saya memandang ini tetap pada kesalahpahaman yang tetap harus dikomunikasikan. Pasti ada jalan keluarnya kan," terangnya.
Suimin Diharja juga tidak mempersoalkan apakah pinjaman itu pada akhirnya akan dimasukkan dalam nominal gaji. Namun, ia mengaku terkejut bukan kepalang atas pernyataan yang menyebutkan gaji sudah dibayarkan. "Ini bukan mau cari siapa yang salah dan siapa yang benar. Kita hanya bingung, kok pinjaman dibilang gaji. Apalagi kita tahunya lewat media bukan disampaikan secara langsung. Kalau pun akhirnya nanti begitu ya dikomunikasikanlah," kata pria yang menjuluki dirinya Pelatih Kampung.
Malang melintang melatih klub-klub profesional, lazimnya gaji melibatkan pihak pertama dan pihak kedua di atas kuitansi yang juga diketahui operator kompetisi, dalam hal ini PT Liga Indonesia. Hal ini jelas berbeda dengan uang yang dikucurkan berlabel pinjaman.
Kekecewaan tim pelatih juga mengacu pada dua janji yang tidak terealisasi. "Pertama, dijanjikan dapat gaji setelah resmi diterima di kompetisi PT LI. Kedua, setelah kompetisi berjalan. Nah, faktanya itu tidak terjadi. Kalau soal komitmen, kami tetap mau membawa PSMS ini berprestasi. Semoga ke depannya tidak terjadi lagi kekacauan seperti ini hanya karena tidak dikomunikasikan," tandasnya.
sumber: tribun medan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
PSMS kloningan y begini :)
BalasHapus