Gaji Pemain Jadi Momok PSMS LPIS

images:google.com











PFCBILAL-Syukri Wardi, Manajer Tim PSMS Medanversi PT LPIS melontarkan dua pernyataan mengejutkan. Pertama, ia gusar sekaligus terbeban karena dianggap sebagai penanggungjawab utama klub.
Selama duduk di kursi manajer, ia mengklaim telah mengalirkan fulus sebesar Rp 800 juta. Kedua, ia mengaku baru tahu hasil KLB Borobudur setelah masuk di lingkaran elite manajemen, bahwa PSMS LPIS tidak diakui keberadaaannya saat unifikasi liga diberlakukan musim depan.
Pernyataan tersebut merespons kegerahan beberapa pemain setelah gaji tak kunjung mengucur. Bahkan, sederet pemain senior berancang-ancang untuk hengkang. Gelandang kawakan, Donny Siregar sebelumnya mengatakan ingin mempertanyakan kejelasan gaji kepada Syukri Wardi sebelum "angkat kaki". Namun, bukan hanya Donny Siregar, dalam setiap wawancara Tribun kepada pemain perihal gaji, maka jawaban yang diterima adalah menunggu kepastian dari sang manajer tim.
Sekadar kilas balik, setelah Benny Sihotang mengeluarkan pernyataan resmi mundur pada 1 Juni silam di Gedung PSMS Medan. Tak pelak, PSMS LPIS didera vacum of power alias kekosongan kekuasaan sampai saat ini.
Namun, Benny Sihotang masih sebatas mengeluarkan pernyataan lisan, belum ada "hitam di atas putih". Uniknya, pada saat itu Benny menunjuk Syukri Wardi sebagai pengambil kebijakan di tubuh klub berjuluk Ayam Kinantan ini. Alasan penunjukan itu karena Benny dan elite kepengurusan menilai Syukri mapan secara finansial sehingga dinilai sebagai figur tepat. " the right man on the right place," begitu Benny melabeli Syukri kala itu.
Sejatinya, masih ada satu figur yang disasar sebagai pengambil alih tanggungjawab yakni Chief Executive Officer (CEO) Wimvie Tri Hadi Irawan. Sayang, Wimvie keburu kabur karena tak sanggup membayar gaji pemain. Wimvie juga dituding telah menyalahgunakan uang yang seharusnya diperuntukkan buat dana tranport laga tandang.
Kini, amarah pemain yang selama ini bisa diredam oleh kucuran bonus dari Syukri, mulai mencuat ke permukaan. Teranyar, pemain blak-blakan mengutaran ingin hengkang karena meragukan realisasi janji manajemen. Syukri Wardi pun meradang.
"Saya cinta dengan PSMS Medan ini sejak dulu, makanya saya mau bantu PSMS Medan. Eh, ternyata jadi begini, saya merasa kok semuanya jadi beban saya. Siapa sih yang sebenarnya harus bayar gaji? Saya kan diminta jadi manajer oleh CEO PSMS Medan, Wimvie yang sekarang kabur entah ke mana," kata pria bertubuh gempal ini saat berbincang dengan Tribun di Medan, Minggu (14/7).
Ia mengaku prihatin atas nasib pemain yang tak bergaji. Di sisi lain, Syukri merasa seperti berjibaku seorang diri.  "Itulah pandainya Wimvie, sekarang dia kabur. Padahal di awal, dia bilang kalau ada sponsor yang siap mengucurkan dana Rp 6,5 miliar. Nah, kalau mau terus terang sebenarnya saya sudah ditipu sejak awal. Tetapi karena saya cinta dengan PSMS Medan saya tetap bertahan untuk membantu, namun banyak orang yang hanya cerita cinta sama PSMS, tetapi membantu mengeluarkan uang untuk gaji pemain atau apa-pun itu tidak mau," keluhnya.
Setali tiga uang, kekesalan Syukri bertambah tatkala tahu hasil KLB Borobudur. "Kalau saja sejak awal hasil KLB itu tak memberi jatah buat PSMS, saya pasti tidak mau masuk. Tapi apa yang mau dibilang, uang saya sudah habis banyak untuk tim ini. Kalau dihitung-hitung sudah Rp 800 jutaan habis.
Uang itu untuk biaya transport laga tandang, akomodasi, biaya katering, bonus dan biaya panpel yang selalu kurang, termasuk bonus-bonus lain. Tapi saya tidak minta ganti  kok, malah saya berusaha agar tim ini bisa terus berjalan," ucap pria berkacamata ini.
Kadung basah, Syukri pun tetap keukeuh membawa PSMS menyudahi kompetisi. "Makanya kita masih menunggu keputusan PSSI dan LPIS. Sekarang pak Djohar Arifin (ketum PSSI) masih di Turki, kita masih tunggu beliau untuk kesepakatan pembagian jatah antara divisi utama dan IPL oleh LPIS. Kalau itu terjadi, sponsor juga akan masuk," lanjutnya.
"Saya prihatin dengan komentar pemain di media. Saya paham dengan kondisi mereka tak mungkin juga mereka bisa kenyang dengan kata-kata sabar. Namun kan ada proses, saya akan bantu semampu saya. Seharusnya mereka memahami kondisi ini sekarang, karena kalau bicara soal nasib, nasib saya lebih tragis. Marilah kita saling membantu. Kalau saya, sewaktu-waktu bisa didepak oleh pengurus atau 40 klub," katanya mengakhiri.
(tribunmedan)

1 komentar: