TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Keterusterangan PT Liga Indonesia sangat mengejutkan bagi kita, suporter. Apresiasi buat niat Djoko Driyono cs untuk datang langsung ke Medan. Setidaknya, jika terealisasi maka PT LI memang tidak lepas tangan atas kondisi akut keungan tim.
Selama ini, kita hanya mendengar sepihak keterangan pengurus PSMS Medan ISL. Mereka selalu membawa-bawa pusat atas tunggakan gaji yang tidak sanggup dilunasi. Saya sepakat dengan pernyataan Djoko (CEO PT LI), bahwa klub-klub termasuk PSMS Medan jangan menganggap kucuran dana dari mereka itu sebagai satu-satunya sumber penyokong operasional.
Orang-orang yang duduk di manajemen dan kepengurusan punya tugas mendatangkan uang. Bisa lewat promosi dan pemasaran. Itu tidak terjadi dan kesannya hanya asal duduk atau formalitas belaka. Tak salah kalau kami menyebutkan selama ini profesionalisme masih "cakap-cakap" saja.
Mengikuti pemberitaan-pemberitaan media, Idris selaku CEO selalu bilang utang PT LI itu sebesar Rp 1 M. Ternyata Djoko bilang tinggal Rp 500 juta. Lha, sisanya kemana selama ini. Lagi-lagi transparansi masih jauh dari kepengurusan yang ada.
Itu sebabnya tuntutan basis suporter agar manajemen lama mundur jangan dianggap kritik tak berdasar. Kami tak membenci figur-figurnya. Bukankah konsekuensi dari kegagagalan menjalankan fungsi adalah mundur dari jabatan.
PSMS Medan ini milik kita bersama, milik Masyarakat Sumatera Utara. Jutaan orang merindukan kembali jayanya klub ini. Itu tidak akan terjadi kalau orang-orang yang mengelolanya tidak punya visi itu.
Kasihanilah pemain-pemain dan ofisial yang selama ini dibiarkan dalam ketidakpastian. Berikan hak-hak mereka, karena mereka sudah menjalankan lebih dulu kewajibannya. Bahayanya kalau belum kelar juga, bisa berimbas buruk pada persiapan musim berikutnya. Salam Sada Roha. Oleh: Pujawan Jasa Kesuma, Koordinator Infokom SMeCK Hooligan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: